I.
Pendahuluan
1.1.
Latar
belakang masalah
PAK (Pendidikan
Agama Kristen) merupakan pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus
Kristus dan Alkitab (Firman Allah) sebagai dasar atau sumber acuannya.[1]
Menurut Marthin Luther, PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat
untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta
sukacita di dalam Firman Yesus Krisrus yang memerdekakan. Disamping itu, PAK
memperlengkapi mereka dengan pengalaman berdoa, Firman Tertulis (Alkitab) dan
rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk
masyarakat dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam
persekutuan Kristen.[2] Paulus Lilik Kristianto mengatakan bahwa yang
menjadi tugas PAK adalah mengajar sesuai dengan perintah-perintah Tuhan Yesus
Kristus kepada murid-Nya sebelum kenaikan-Nya kesurga, yaitu “pergilah”,
“jadikanlah” “semua bangsa murid-Ku”, “babtislah” dan “ajarlah”.
Dengan kata lain
ada tiga hal yang harus dilakukan para murid Kristus, yaitu memberitakan Injil, membabtis
dan mengajar. PAK berhubungan dengan mengajar, sasarannya menginjil,
membabtis, dan mengajar adalah adanya suatu proses pemuridan yang menjadikan
mereka sebagai murid Kristus yang dilihat dari tujuan PAK itu sendiri yakni
mendewasakan para murid Kristus. “Dan
Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus,sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus,” (Ef. 4:11-13). Ayat tersebut menunjukkan
bahwa tujuan mengajar adalah menjadikan murid dewasa dan bertumbuh sesuai
dengan kepenuhan Kristus. Tujuan ini harus dicapai selama murid-murid Kristus
masih hidup di dunia ini.[3]
Secara
khusus, penulis lebih menekankan PAK di gereja yang ditujukan kepada sistem
pengajaran guru sekolah minggu. Anak adalah
masa yang paling baik untuk mempersiapkan suatu generasi pengganti baik dalam
keluarga, Negara (pemerintahan) maupun dalam kehidupan gereja. Dalam hal ini
tidak heran bila pengorbanan kepada anak baik dalam pikiran, tenaga, dan uang
dilakukan untuk perkembangan pendidikan anak sebagai generasi yang berkualitas.
Pendidikan yang bagaimanakah dilakukan oleh gereja? Gereja melalui sekolah
minggu berusaha untuk membina anak-anak untuk bertumbuh dalam kehidupan
Kristen. Gereja harus menyediakan lingkungan yang baik bagi anak sekolah minggu
dan Alkitab harus menjadi bahan utama dalam mengajar anak sekolah minggu.[4] Tuhan Yesus tidak pernah menganggap rendah
anak-anak dan bahkan mengatakan bahwa orang yang empunya kerajaan Allah adalah jika mereka memiliki gambaran
hati seorang anak (Mat. 19:14, Mark. 10:14, Luk. 18:16). Homrighausen dan
Enklaar mengatakan:
“bahwa anak-anak
yang masih muda perlu dididik sampai mereka menjadi orang Kristen yang dewasa.
Kita yakin bahwa Tuhan oleh anugerah-Nya mau menghisabkan mereka pada jemaat
Kristus yang agung dan besar itu. Tuhan telah menerima mereka sebagai
anak-anak-Nya sendiri dan sebagai ahli waris kerajaan Sorga”.[5]
Melalui
pendapat di atas penulis dapat melihat bahwa gereja harus melakukan yang
terbaik kepada anak-anak jemaat sekolah minggu. Disamping itu gereja juga harus
memperhatikan tenaga pengajar sekolah minggu, sebab selain memiliki kewajiban
untuk mengajar seorang guru sekolah minggu juga harus memperhatikan pribadinya
yang juga dapat menentukan keberhasilan dalam kedewasaan iman anak-anak sekolah
minggu.
Perlu
diperhatikan siapa sebenarnya pengajar/guru sekolah minggu di hadapan
anak-anak. Apakah mereka menganggap orang besar yang selalu menyuruh anak duduk
diam dan mendengarkan? Apakah anak-anak merasa bahwa guru sekolah minggu
sebagai pengajar yang selalu tidak ,memperbolehkan mereka berbuat hal-hal yang
menarik? Apakah anak-anak menganggap guru sekolah minggu sebagai sahabat yang
baik yang mencintai dan mengasihi mereka?. Dalam hal ini guru sekolah minggu harus
penuh dengan kasih, sebab sangat erat hubungannya dengan usaha membangun citra
diri yang baik. Guru sekolah minggu perlu memiliki citra diri yang baik dalam
arti bahwa mereka dipandang oleh anak-anak sekolah minggu sebagai orang yang
pantas untuk dihargai dan diterima sebagai guru yang menyayangi mereka. Andar
ismail mengatakan :
“penghargaaan
terhadap diri sendiri dapat diperoleh dari penghargaan yang ia terima dari
orang yang sungguh-sungguh mencintai dirinya. Dalam suasana seperti ini,
harapan seorang guru dapat membuka diri kepada anak-anak sekolah minggu dengan
penuh kepercayaan dan kasih sayang secara Kristiani ”.[6]
Pendidik
bagi sekolah minggu disebut guru sekolah minggu. Guru sekolah minggu di panggil
Allah untuk mendidik anak secara religius. Guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.[7]
Pendidik bagi guru sekolah minggu disebut guru sekolah minggu. Guru dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebut sebagai orang yang kerjanya mengajar.[8]
Seorang guru sekolah minggu lebih sering disebut sebagai pengajar atau pendidik
daripada seorang pengkotbah. Seorang guru sekolah minggu bertujuan untuk
membantu anak-anak menjadi dewasa dalam iman sedangkan pengkotbah bertujuan
mengajarkan petunjuk Tuhan kepada umat-Nya. Dalam kitab injil Tuhan Yesus
memberi khotbah kepada massa yang belum menjadi murid-Nya, dan mengajar
murid-murid-Nya (Mat.13:3,36;Kis.2:42).[9]
Guru sekolah minggu adalah seorang pelayan, yang menyalurkan air hidup bagi
anak-anak. Panggilan sebagai pelayan itu merupakan karunia dari Allah dan
mengajar adalah tugas yang paling mulia. Seorang guru sekolah minggu membawa
anak-anak dari yang tidak tahu mejadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi
mengerti, dari tidak bisa melakukan menjadi bisa melakukan. Dari ketiga tugas
diatas, dapat kita katakan bahwa seorang guru sekolah minggu perlu memiliki
sumber daya yang baik , misalnya mempunyai pengetahuan tentang anak, pemahaman
tentang firman Tuhan dan karakter yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan
demikian guru sekolah minggu mampu meletakkan dasar iman dalam kehidupan
anak-anak. Tetapi yang menjadi pokok permasalahan banyak guru sekolah minggu di
suatu gereja ialah anak SMA yang belum mengerti akan pengetahuan tentang anak
dari segi psikologinya, Maka dari itu dibutuhkan peranan PAK terhadap sistem
pengajaran Guru Sekolah Minggu serta pucuk pemimpin gereja haruslah
memperhatikan usaha yang dilakukan bagi guru sekolah minggu sebagai pendidik
religius yakni :
- Mempersiapkan dan menyediakan tenaga guru sekolah minggu yang terampil untuk memimpin kebaktian dan membina anak-anak sekolah minggu
- Melaksanakan usaha-usaha peningkatan pendidikan/keterampilan guru sekolah minggu
- Mengadakan sarana pendukung untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sekolah minggu[10]
Penulis
sangat setuju dengan pendapat diatas, sebab jika guru sekolah minggu telah
diperlengkapi dan dibina maka akan meningkatkan kualitas pelayanan yang
berdampak meningkatkan iman spiritual anak sekolah minggu.
Sehubungan
dengan pentingnya perhatian serius kepada anak-anak Sekolah Minggu, maka Sekolah
Minggu merupakan wadah yang tepat dalam membina anak-anak, sehingga anak-anak
tumbuh dibawah naungan gereja disamping tanggung jawab orang tua, karena telah
menjadi tanggung jawab gereja mengarahkan pertumbuhan, perkembangan dan
pendidikan kerohanian mereka. Sikap gereja yang yang memberikan pendidikan yang
benar sejak dini akan banyak mempengaruhi kehidupan anak-anak dalam segala
segi, sebab pendidikan yang telah diberikan itu dapat membentuk watak,
kepribadian, tingkah laku dan juga kerohaniannya kearah yang benar hingga pada
masa mudanya kelak. Para pendidik anak Sekolah Minggu dewasa ini perlu
menyadari, bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia adalah dasar untuk mengasuh
anak Sekolah Minggu. Melihat profesi guru sebagai pendidik, seorang guru Sekolah
Minggu harus mengerti faktor-faktor yang berlaku dalam hubungan antar pribadi,
antar anak-anak dan pendidik. Guru Sekolah Minggu selaku pemberi didikan kepada
anak Sekolah Minggu betul-betul mengajarkan firman Tuhan, sehingga iman anak Sekolah
Minggu itu dapat bertumbuh dengan baik. Tuhan Yesus berkata: “pergilah,
jadikanlah semua bangsa menjadi murid-Ku dan babtislah mereka didalam nama bapa
dan Anak, Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah aku menyertaimu sampai akhir zaman” (Mat
28:19-20, Ul 6:6-7). Dari nats diatas kita ketahui bahwa, mengajar adalah salah
satu tugas guru Sekolah Minggu. Guru Sekolah Minggu bertugas untuk mengajarkan
firman Tuhan kepada anak-anak Sekolah Minggu. Disamping pengajaran tentang
Tuhan Yesus yang disampaikan oleh guru-guru Sekolah Minggu, menjadikan
anak-anak Sekolah Minggu menjadi murid Yesus.
Untuk
itulah, penulis ingin mengetahui bagaimana peran PAK dan pengaruhnya dalam sistem
pengajaran guru sekolah minggu di gereja. Untuk mendapat jawaban dari setiap
masalah yang diajukan, maka penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian
dengan mengangkat judul “peranan PAK terhadap sistem pengajaran
guru sekolah minggu di HKI Resort Sebanga-Duri”
1.2.
Identifikasi
masalah
Berdasarkan uraian dari
latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya
peran PAK di gereja dalam mengarahkan sistem pengajaran guru sekolah minggu
2. Tidak
adanya rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru sekolah minggu dalam
mengevaluasi dalam pengajaran yang diberikannya
1.3.
Pembatasan
masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah diungkapkan diatas, maka yang menjadi batasan
masalah dalam penelitian ini adalah pentingnya peranan PAK dalam merancang sistem
pengajaran guru Sekolah Minggu untuk mengevaluasi pendidikan yang didapat oleh anak
Sekolah Minggu.
1.4.
Perumusan
masalah
Berdasarkan uraian dari
identifikasi masalah diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah
sistem pengajaran guru Sekolah Minggu gereja tersebut dalam meningkatkan iman
anak Sekolah minggu
2. Apakah
yang menjadi dampak peranan PAK dan pengaruhnya terhadap sistem pengajaran guru
Sekolah Minggu dalam gereja
3. Mengapa
dalam gereja kurang diperhatikannya akan suatu pelatihan terhadap guru sekolah
minggu akan pengajaran yang diberikannya
1.5.
Tujuan
penulisan
Tujuan penulisan
ini adalah :
1. Untuk
dapat mengevaluasi akan peranan PAK dan pengaruhnya terhadap sistem pengajaran
guru Sekolah Minggu
2. Untuk
memberikan pemahaman yang benar kepada para pemimpin gereja bahwa Gereja tidak
dapat terlepas daripada pengajaran PAK
1.6.
Manfaat
penulisan
1. Melalui
penulisan ini, manfaatnya adalah agar penulis semakin menyadari bahwa
dibutuhkannya suatu peranan PAK dalam pengajaran di sekolah minggu
2. Agar
gereja semakin sadar akan sistem pengajaran yang diberikan guru sekolah minggu
terhadap anak Sekolah Minggu
1.7.
Metode
penelitian
Metode yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian
kepustakaan (Library Research) yaitu
pengumpulan data teoritis melalui buku-buku bacaan yang erat hubungannya dengan
judul skripsi
2. Penelitian
lapangan (Field Research) dengan
observasi, wawancara, dan menggunakan angket. Dalam hal ini, penulis langsung
terjun ke lapangan untuk meneliti dan mengumpulkan serta menganalisa data-data
yang dibutuhkan sesuai dengan judul skripsi.
1.8.
Penjelasan
istilah
1.9.
Hipotesa
Dalam penelitian
ini penulis akan menggunakan hipotesa Asosiatif karena adanya suatu pernyataan
yang menunjukkan dengan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
1.10.
Sistematika
penulisan
Untuk memperinci
seluruh hasil tulisan kegiatan penelitian dan data atau informasi yang telah
diperoleh dalam proposal ini, penulis menguraikan atas beberapa BAB, SUB BAB
dan topic-topik uraian, sehingga terjadi uraian yang sistematis yang terdapat
dalam tulisan ini. Adapun sistematika penulis penelitian ini, adalah :
BAB
I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORITIS, KERANGKA
KONSEPTUAL, Dan PENGAJUAN HIPOTESA
Kerangka teoritis
berisikan : Pengertian PAK secara umum, tujuan PAK,dasar teologis PAK,pengeritan
Guru Sekolah Minggu, metode pengajaran Guru sekolah Minggu yang efektif,
pandangan PAK terhadap sistem pengajaran guru Sekolah Minggu di gereja.
Kerangka konseptual dan pengajuan hipotesa.
BAB
III : METODEOLOGI PENELITIAN
Bab ini menerangkan
metode penelitian yang terdiri dari : lokasi penelitian, letak geografis, sejarah
singkat berdirinya Gereja HKI Res. Sebanga-Duri, gambaran umum anak Sekolah
Minggu yang mengikuti kebaktian anak Sekolah Minggu, populasi dan sampel, alat
pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
BAB IV : PENGELOLAAN HASIL
PENELITIAN, PEMBUKTIAN HIPOTESA, Dan REFLEKSI TEOLOGIS
Bab ini merupakan hasil
pengumpulan data dan pengelolaan data seta pembuktian hipotesa dan refleksi
teologis
BAB
V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan rangkuman dari
seluruh isi pokok dari kerangka teoritis dan hasil penelitian serta saran
1.11.
Buku
Yang Digunakan
Paulus
lilik Kristianto,prinsip dan praktik pendidikan
Agama Kristen,Yogyakarta:ANDI,2006
Robert
R. Boehlke,sejarah perkembangan pemikiran
praktek Pendidikan Agama Kristen;dari Plato sampai IG Loyola,Jakarta:BPK-GM,2005
Mary
Go setiawan,menerobos Dunia Anak,Bandung:Yayasan
Kalam Hidup,2000
Homrighausen
& Enklaar,pendidikan Agama Kristen,Jakarta:BPK-GM,1985
Andar
Ismail,Ajarlah Mereka Melakukan,Jakarta:BPK-GM,1998
Sadirman,Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar,Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2000
Jame
Popham, Bagaimana Mengajar Secara
Sistematis, Yogyakarta: IKAPI, 1981
Daniel
Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama
Kristen, Bandung:Jurnal Media, 2007
Iris.V.
Cully, Dinamika Pendidikan Kristen,Jakarta:BPK-GM,1999
Harjanto.,
Perencanaan Pengajaran, Jakarta :
Rineka Cipta,1997
Nana Sudjana., Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 1989
Singgih
Gunarsa., Psikologi Pendidikan Anak Dan
Remaja, Jakarta : BPK - GM, 2003
Singgih.
D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan
Anak, Jakarta:BPK-GM, 2008
Jhon
Calvin,INSTITUTIO:Pengajaran Agama
Kristen,Jakarta:BPK-GM,2009
Muhibbin
syah, Psikologi Pendidikan,Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya, 2008
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009
Samuel
Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta: ANDI, 1996
Masnur Muslich, Dasar Pemahaman
& pengembangan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010
Soegardo
Poerbakawitja, Ensiklopedi Pendidikan,
Jakarta:Gunung Agung, 1982
1.12.
Daftar
pustaka
….., Peraturan seksi
GKPS, Pematang Siantar:Kolprtase GKPS,2000
Andar Ismail,Ajarlah Mereka Melakukan,Jakarta:BPK-GM,2002
Boehlke,Robert R., sejarah perkembangan pemikiran praktek
Pendidikan Agama Kristen;dari Plato sampai IG Loyola,Jakarta:BPK-GM,2005
Enklaar,&
Homrighausen.,pendidikan Agama Kristen,Jakarta:BPK-GM,1985
Kristianto,Paulus
lilik.,prinsip dan praktik pendidikan
Agama Kristen,Yogyakarta:ANDI,2006
Poerwadarminta,W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai
Pustaka,1995
Sadirman,Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar,Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2000
setiawan,Mary Go., menerobos Dunia Anak,Bandung:Yayasan
Kalam Hidup,2000
Susanto,Hasan.,HOMELETIK (prinsip dan metode berkotbah),Jakarta:BPK-GM,2004
[1]
Paulus lilik Kristianto,prinsip dan
praktik pendidikan Agama Kristen,Yogyakarta:ANDI,2006,hlm.1
[2]
Robert R. Boehlke,sejarah perkembangan
pemikiran praktek Pendidikan Agama Kristen;dari Plato sampai IG Loyola,Jakarta:BPK-GM,2005,hlm.413
[3]
Paulus lilik Kristianto,Op.Cit.,hlm.6
[4]
Mary Go setiawan,menerobos Dunia Anak,Bandung:Yayasan
Kalam Hidup,2000,hlm.7
[5]
Homrighausen & Enklaar,pendidikan
Agama Kristen,Jakarta:BPK-GM,1985,hlm.137-138
[6]
Andar Ismail,Ajarlah Mereka Melakukan,Jakarta:BPK-GM,2002,hlm.
142-143. Guru sekolah minggu adalah bagian dari lingkungan anak, sebab jika
anak menyukai pribadi gurunya, maka apa yang dipercayai oleh guru sangat
berpengaruh kepada anak khususnya sekolah minggu
[7]Sadirman,Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar,Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2000,hlm.123
[8]
W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka,1995,hlm.335
[9]
Hasan Susanto,HOMELETIK (prinsip dan
metode berkotbah),Jakarta:BPK-GM,2004,hlm.29
[10]
….., Peraturan seksi GKPS, Pematang Siantar:Kolprtase GKPS,2000,hlm.56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar